Sejarah singkat tari topeng
Tari topeng merupakan tari tradisional khas Jawa Barat. Tari jenis ini berkembang pesat di daerah-daerah tertentu dan menyebabkan banyak perbedaan seiring berkembangnya zaman. Hal ini dipengaruhi oleh factor latar belakang budaya, lingkungan, adat istiadat dan sebagainya. Khususnya di daerah Jawa Barat sendiri, ada beberapa jenis tari topeng seperti tari topeng priangan, tari topeng cirebonan, dan tari topeng dermayonan. Umunya jenis topeng/ kedok yang digunakan dalam pementasan yaitu sama baik dari topeng priangan, topeng cirebonan maupun topeng dermayonan. Yang membedakan yaitu dari segi kostum, musing pengiring dan gerakan. Tari topeng priangan berkembang pesat di wilayah pasundan misalnya di Bandung dan Sumedang. Tari topeng Cirebonan berkembang di daerah Cirebon, dan tari Topeng Dermayon berkembang di Kabupaten Indramayu. Secara umum, gerakan tarian, kostum dan music pengiring akan terlihat jelas berbeda ketika ketiga jenis tarian tersebut dibawakan meskipun menggunakan topeng/ kedok yang sama.
Pada mulanya, tari topeng hanya dipertunjukkan di keratonan Cirebon. Namun seiring berkembangnya waktu, tari topeng ini menjadi tarian rakyat yang perkembangannya meluas di sepanjang wilayah pantura, seperti Indramayu, Majalengka, Kuningan, sampai ke wilayah Bandung. Dari situlah tari topeng berkembang sesuai latar belakang budaya masing-masing yang menyebabkan tari topeng ini memiliki berbagai keanekaragaman.
Unsure magis tari topeng
Tiga unsure tingkatan dalam membawakan sebuah tarian yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Pada umunya seorang maestro tari topeng sudah bisa membawakan tarian dalam tingkatan wirasa, dimana mereka membawakan tarian tidak hanya sekedar gerak, namun dari segi penjiwaan dan penghayatan sudah sangat baik. Di Indramayu, sudah terkenal sampai mancanegara tentang sosok almarhumah Mimi Rasinah yang wafat pada bulan Agustus 2010. Konon, sebelum mementaskan tari topeng, mimi Rasinah mengadakan ritual-ritual tertentu untuk lebih menghidupkan dalam membawakan tarian topeng tersebut. Hasilnya, memang tidak diragukan lagi bahwa gerakan-gerakan tarian yang dibawakan oleh mimi Rasinah memang sungguh luar biasa. Tak Nampak sedikitpun bahwa di balik kedok yang digunakan itu adalah sosok nenek yang umurnya berkisar 80an. Seperti orang kerasukan, dengan gerakan yang sangat lincah membawakan karakter yang ada dalam kedok tersebut. Ketika mimi Rasinah membawakan topeng kelana, tampak sangat sangar, angkuh dengan gerakan yang sangat tegas dan beringasan. Begitupun ketika membawakan samba, geakannya yang lincah penuh dinamis sehingga membawa nuansa ceria. Namun yang terpenting dari semua itu, antara sang penari dan topeng/ kedok harus bisa menyatu. Kedok harus menghidupkan tarian dan tarian harus menghidupkan kedok tersebut. Begitulah kita melihat bahwa nampaknya ada unsure magis disana.
Tari topeng menurut “law attraction”
Secara ilmu pengetahuan, sebenarnya kita bisa menjelaskan unsure kemagisan tersebut. Ketika kita membayangkan secara sungguh-sungguh apa yang kita inginkan atau sugestikan, secara langsung otak kita akan menyerapnya dan mengirimkan melalui syaraf-syaraf dalam tubuh kita. Hasilnya adalah, tubuh kita akan dengan sungguh-sungguh bekerja sesuai dengan apa yang kita inginkan. Apa yang kita pikirkan, akan bisa terjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan dan fikirkan tersebut.
Penulis merupakan murid dari maestro tari topeng, mimi Rasinah dan sampai saat ini terus belajar dan berkarya serta mementaskan tari topeng, tidak hanya memiliki seorang guru, namun dimanapun dan kapanpun terus belajar kepada siapapun yang bisa dijadikan guru dalam meningkatkan kemampuan membawakan tari topeng. Inuy Khalimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar