Sabtu, 25 Februari 2012

Marga Ayu (Malam Ragam Budaya Indramayu)

Semua Panitia Marga Ayu I

Generasi muda saat ini yang disebut-sebut sebagai generasi penerus yang selayaknya mengemban amanah untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan daerah sebagai tolak ukur akan kebudayaan Nasional. Keanekaragaman budaya nasional ini membuat dunia internasional tertarik terhadap keunikan kebudayaan kita. Saat ini, generasi muda dihadapkan pada tantangan dan rintangan dengan adanya globalisasi dan westernisasi yang membuat kebudayaan daerah semakin ditinggalkan para pemuda. Adanya globalisasi dan westernisasi ini membuat mental para pemuda pudar untuk mencintai kebudayaannya sendiri, serta pudar untuk menjalin persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada umumnya, dan khususnya wilayah Jawa Barat. Ini disebabkan kurangnya pendidikan mental dan spiritual dikalangan pemuda dan lebih tepatnya kurangnya perhatian kita untuk menampilkan bentuk-bentuk kebudayaan daerah dikalangan pemuda. Demikianlah dasar-dasar pemikiran yang saat itu ada dalam benak mahasiswa-mahasiswa Indramayu yang sedang menempuh pendidikan di UPI Bandung, yang lebih dikenal sebagai Ikatan Keluarga Mahasiswa Indramayu (Ika Darma Ayu) Komisariat UPI Bandung.
Pada 31 Desember 2008, untuk pertama kali digelarnya acara pagelaran kesenian tradisional khas Indramayu, yang selanjutnya dinamakan Malam Ragam Budaya Indramayu (Marga Ayu). Acara ini digelar sejak pukul 19.00-24.00 WIB untuk menyambut malam tahun baru, dengan memberikan hiburan kepada masyarakat Indramayu berupa kesenian khas Indramayu. Acara dengan ketua pelaksana pertama Inuy Khalimah beserta kepanitiaan yang berasal dari anggota dan pengurus Ika Darma Ayu periode 2008-2009 ini, kini menjadi acara rutin mahasiswa Indramayu yang menggandeng seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah daerah, para seniman, maupun organisasi lain yang terkait dalam bidang kebudayaan.
Pada pelaksanaan tahun-tahun berikutnya, Marga ayu ini tidak hanya menampilkan Kesenian khas Indramayu, tetapi juga sudah menampilkan kesenian tradisional nusantara guna memperkenalkan pula kesenian-kesenian nusantara kepada masyarakat Indramayu. Tempat pelaksanaan yang pada Marga Ayu I yaitu di pasar mambo Indramayu, pada tahun kedua dan selanjutnya ini dilaksanakan di sekitar bantaran Sungai Cimanuk, Paoman Indramayu. Umumnya, peserta pengisi acara Marga Ayu adalah anggota Ika Darma Ayu sendiri, namun untuk meningkatkan silaturahmi maka acara Marga Ayupun diisi oleh sanggar-sanggar yang ada di Indramayu, seperti sanggar Melati Ayoe, Sanggar Mimi Rasinah dan sanggar Mulya Bhakti, maupun organisasi dalam kebudayaan seperti Paguyuban Nok Nang Dermayu.
Diskusi Panitia

Sintren
Berokan oleh Ika Darma Ayu Kom. Polban
Tari randu kentir oleh Ika Darma Ayu Kom. UPI

Sepenggal Catatan Perjalanan Tentang Tradisi


Nama pemberian orang tuaku adalah Nur Khalimah, ketika aku dilahirkan pada 27 Mei 1990 dari rahim ibuku tercinta, Teti Ruhyati dan Bapakku Garniyanto. Aku anak pertama dan memiliki adik-adik yang sangat ku sayangi yaitu Fitria Nurhasanah dan Mochamad Fadly. Katanya aku masih memiliki keturunan seniman, meskipun akupun belum ingat secara jelas bagaimana kakek dan nenekku. Kakek aku yang dari Bapak, konon seorang dalang Trebang dan reog serta memiliki grup kesenian tersebut. Kakek aku yang dari bapak tersebut juga pandai membuat wayang dan topeng meskipun profesinya adalah seorang Tentara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa tahun 60-80an. Kakek dan nenek aku yang dari ibu juga ga kalah berjiwa seni, karena kakek aku meskipun bekerja di Perhutani (dulu disebut mantri hutan) pernah memiliki grup kesenian sandiwara dan wayang, sedangkan nenek yang dari ibu pandai dalam merajut, menjahit, menyulam, dan seni rupa lainnya.
Ketika SD, tiap kali ada pelepasan kelas VI dan kenaikan kelas ini selalu digelar acara tari-tarian dan saat itu aku pasti menangis ngamuk jika tidak diikutsertakan dalam acara tari-tarian tersebut. Menginjak SMP, ketertarikanku pada tari tradisional mulai terlihat karena saat ada acara latihan tari jaipong oleh kakak-kakak kelasku, yang dilatih oleh guru kesenianku ibu Iin, aku pasti mencuri-curi kesempatan untuk menirukan gerakan. Sayangnya, tari tradisional saat itu belum berkembang di daerahku sehingga akupun menemui kesulitan untuk menekuninya. Hingga menginjak SMA, guru kesenian di SMAku  sangat kritis dan rewel dalam kesenian, pak Agus Riyanto namanya. Beliau sangat menginginkan mata pelajaran kesenian ini menjadi mata pelajaran yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Berkali-kali hasil karyaku sering tidak diterima, baik dalam seni rupa, seni tari, maupun seni lainnya. Tetapi dari situlah ternyata minat dan bakatku tergali. Ditengah-tengah kesibukanku mengerjakan PR yang selalu banyak karena saat itu aku bersekolah di SMAN 1 Sindang Indramayu, aku tetap menganggap mata pelajaran kesenian menjadi mata pelajaran yang sangat aku gandrungi terlebih jika dalam acara pelepasan siswa kelas XII maupun pentas seni, aku selalu diberi kesempatan untuk pentas membawakan tari tradisional. Saat SMA pula, aku mengenal beberapa seniman dari Indramayu yang sampai saat ini aku masih menjalin silaturahmi dengan beliau, diantaranya yaitu Pa Asep, ibu Netty, om kembar Rokhman-Rokhim, om Wergul.
Menginjak ke bangku kuliah, aku tidak berniat melanjutkan untuk kuliah di jurusan kesenian oleh karena itu aku masuk ke Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Di Bandung ini aku bertemu dengan teman-teman yang sangat hebat. Teman-teman yang udah memberi ilmunya dalam menari, yaitu Iin Indrawati dan Arsyanah Sugiarto mahasiswi jurusan P. Seni Tari UPI. Teman-teman yang dalam beberapa kesempatan menari bersama pula yaitu Dwi Yulisa (STSI), Eulis, Afriliane Oley, (UPI), Deby (UIN BDG), dll. Tidak lupa juga untuk teman-teman Kabumi UPI, yang sudah berbagi ilmu tentang budaya tradisional. Di luar teman-teman kampus, akupun berkenalan dengan penari-penari topeng lainnya, seperti Ato pelatih sanggar Tambi, mba Aerli dan pelatih topeng lainnya dari sanggar Mulya Bhakti dan sanggar Mimi Rasinah yang juga memberiku banyak ilmu tentang tari Topeng.
Berikut ini sepenggal perjalanan hidupku dalam dunia tari tradisional ini:
1)      Malam Ragam Budaya Indramayu (MARGA AYU) I, II, III dan IV oleh Ika Darma Ayu (ikatan Keluarga Mahasiswa Indramayu) Bandung tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 di Indramayu.
2)      Silaturahmi dan Halal bi Halal Paguyuban Dermayu, Bandung tahun 2009 di Bandung.
3)      Festival Budaya Dermayonan Pemda Kab. Indramayu tahun 2009 di Bandung.
4) Dies Natalis Ikatan Keluarga Mahasiswa Wiralodra Dharma Ayu Malang (IKAWIRADHARMA), tahun 2010 di Malang Jatim.
5)      Dies Natalis Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD), tahun 2010 dan 2011 di Jakarta dan Tangerang.
6)      Dies Natalis Komoenitas Lesehan Keboedadjaan (KOLEKAN), tahun 2010 di Jakarta.
7)   Dies Natalis Keluarga Pelajar dan Mahasiswa (KAPMI) D.I. Yogyakarta, tahun 2010 di Yogyakarta.
8)      Dies natalis Ikatan Keluarga Mahasiswa Indramayu (IKADA) Bogor, tahun 2011 di Bogor.
9)      Pelepasan siswa pesantren pembangunan Al-Muawiyah, tahun 2011 di Kuningan.
10)  Pembukaan HUT Kabupaten Indramayu tahun 2011 di gedung DPRD kabupaten Indramayu.
11)  Penyambutan Tahun baru 2012 oleh KNPI Kabupaten Indramayu, di Pendopo Kabupaten Indramayu.
12)  Acara pernikahan teman-temanku tercinta, Pramudya (bangodua), Asirin-Zanith (jatisawit), Wiwin Eviany-Fabrice (Kandanghaur), dll.
13)  Dll.

Besar harapanku jika teman-teman lainnya mau untuk terus mempertahankan nilai-nilai tradisional kita karena dari sanalah jati diri bangsa kita terbentuk.
salam Budaya!!

Jumat, 24 Februari 2012

Teti Salon Room and Model

Teti Salon, beauty and bridal Plumbon Pulo Indramayu
Model dan Teti Ruhyati pemilik Teti Salon

cermin 1 di ruang kerja salon

cermin 2 ruang kerja salon

gambar Model rambut

ruang tunggu Teti Salon
Melayani potong rambut, creambath, cuci catok, cuci blow, masker rambut, coloring, rebonding, smoothing, keriting sosis, keriting kribo, keriting gantung, (keriting permanen dan sementara), facial, make-up, sanggul, hair extension, rias pengantin, dan menerima entertainment upacara adat pernikahan atau hiburan tradisional lainnya.

contact person Teti Ruhyati 081947257538, Inuy Khalimah 087821707327

Bogor, the First Performance with All of Our Team



Kesibukan persiapan untuk perjalanan ke Bogor dalam memenuhi undangan dari rekan-rekan mahasiswa Indramayu yang di Bogor (IKADA) jelas dirasakan oleh seluruh tim kami yang semuanya meluangkan waktunya untuk acara promo-tour “artzone dance company”. Kegiatan promo ini memang sengaja dipadatkan untuk tahun 2011, setelah artzone dibentuk dan diresmikan  pada 5 Mei 2011. Artzone dance company mengadakan program promo-tour dengan penampilan pertama yaitu di Bogor, pada tanggal 8 Mei 2011. Pemberangkatan dilakukan oleh dua rombongan yaitu rombongan dari Bandung yang terdiri atas Alif, Arsya, Alice dan Kousuke, teman kami berasal dari Jepang yang sedang menempuh study bahasa Indonesia di UPI. Sedangkan rombongan yang berangkat dari Indramayu yaitu Inuy dan A’us yang membawa kostum tari randu kentir dari Indramayu.
Tanpa ada unsure kesengajaan, ternyata kedua rombongan bertemu di lampu merah terminal yang menuju kampus dalam IPB. Perjalananpun dilanjutkan menuju asrama mahasiswa Indramayu yang di Bogor untuk beristirahat untuk persiapan pementasan keesokan harinya. Tiba saat penampilan, penampilanpun berjalan dengan lancar meskipun ada sedikit kendala kecil, namun masih bisa teratasi. Adapun penampilan yang dibawakan yaitu Tari Jaipong oleh Inuy Khalimah, dan Tari Randu Kentir oleh Arsya, Alice dan Inuy Khalimah. Sampai akhirnya penampilan selesai, tim pulang semua ke Bandung dan sampai di Bandung dengan selamat pada hari Minggu pukul  21.00 WIB.
Berikut ini merupakan dokumentasi perjalanan kami,
Behind The Scene
Foto bersama panitia dari IKADA Bogor

Out Team
Pose depan IPB
Demikianlah perjalanan kami dalam membawakan tarian khas Indramayu, Tari Randu Kentir di Bogor. Semoga ke depannya kesenian tradisional tetap menjadi kesenian yang digandrungi oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya para pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Amiin

Salam Budaya.

Senin, 13 Februari 2012

Ngarot Adat Istiadat Indramayu

Ngarot Adat  Istiadat Indramayu
Sebelum tahun 1681, Lelea masuk wilayah kekuasaan kerajaan Sumedang Larang, oleh karena itu bahasa asli penduduk desa Lelea ialah bahasa Sunda. Ngarot adalah salah satu adat istiadat yang ada di desa Lelea Kabupaten Indramayu di lakukan oleh masyarakat Lelea secara turun temurun hingga sekarang dengan tidak terputus putus. Pada awalnya pelaksanaan upacara adat Ngarot  tidak di balai desa akan tetapi di laksanakan di balai adat.
Kata Ngarot dari bahasa Sansekerta berarti Ngaruwat artinya membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot mempunyai arti minum, oleh pribumi disebut Kasinoman, karena pelakunya para kawula muda ( si enom artinya anak muda ). Jadi Ngarot adalah pesta "minum-minum atau kasinoman" sementara pendapat umum pesta ngarot adalah mencari jodoh, namun penulis membantah bahwa hal tersebut (pendapat umum) itu tidak benar.
Ngarot bermaksud mengumpulkan para muda mudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang pertanian sambil menikmati minuman dan hiburan kesenian di balai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan bila ada kesalahan diantara mereka. Pada dasarnya yang paling utama dari pertemuan tersebut agar para muda mudi menyadari bahwa tidak lama lagi mereka akan turun ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong royong saling bahu membahu secara sukarela, maka acara tersebut dinamakan “durugan”
Ngarot bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar para muda mudi saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku yang luhur sesuai dengan nilai-nilai budaya nenek moyang. Ngarot adalah suatu metode atau cara untuk menggalang dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan dikalangan para muda mudi khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Upacara adat Ngarot melibatkan berbagai peserta dan perangkat kegiatan, seperti muda mudi, kepala desa dan isteri paea pamong desa, para wakil lembaga desa, seniman, di iringi beberapa bentuk kesenian tradisional seperti seni topeng, ronggeng ketuk, musik tanjibor dan reog serta sampyong.
Waktu pelaksanaan upacara adat Ngarot secara turun temurun dan jatuh pada hari Rabu wekasan yaitu antara bulan Oktober dan Nopember, dilaksanakan satu kali pada setiap tahunnya selama sehari semalam penuh.Sebelum menentukan hari pelaksanaan upacara Ngarot, sedikitnya dua kali Kepala Desa mengadakan rembuk desa sebagai persiapan pelaksanaan upacara tersebut. Rernbuk desa pertama mengumpulkan para pamong, lembaga desa, seperti LMD, LKMD, PPK dan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda untuk menetapkan waktu, hari, dan tanggal pelaksanaan upacara. Setelah ada keputusan, baru diumumkan oleh Kuwu pada waktu upacara sedekah bumi. Rembuk desa kedua mengumpulkan muda mudi calon peserta upacara adat Ngarot untuk menetapkan corak dan warna pakaian para muda mudi dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Tata caranya adalah sebagai berikut :
1.   Kuwu menyerahkan benih padi unggul kepada perwakilan pemuda maksudnya agar benih tersebut untuk ditanam atau disebar.
2.   lbu Kuwu (isteri Kepala Desa) memberikan sebuah kendi berisikan air putih bermaksud untuk mengobati tanaman padi yang telah disebar atau ditanam atau sebagai lambang pengairan.
3.   Tua desa menyerahkan pupuk kepada seorang perwakilan pemuda bermaksud agar tanaman tetap subur harus dipupuk.
4.   Raksa bumi menyerahkan alat pertanlan seperti cangkul kepada seorang perwakilan pemuda bermaksud untuk mengola tanah lahan pertanian dengan sempurna.
5.   Lebe menyerahkan sepotong ruas bambu kuning, daun andong, kelaras daun pisang, kepada perwakilan pemuda, bermaksud menghindari agar tanaman terhindar dari serangan hama penyakit dan benda tersebut ditancapkan di pesawahan.

Konsepsi Siswa Sekolah Menengah Tentang Sifat Fisik Udara


Udara ada di sekitar kita dan merupakan bagian penting dari lingkungan keseharian kita. Anak-anak memiliki banyak pengalaman dengan udara sebelum mereka diajarkan tentang hal itu di sekolah, mereka hidup dalam udara, merasakan angin dan konsep dan mereka menghirup dan menghembuskan napas dan menggunakan perangkat yang beroperasi dengan udara, misalnya, ban-pompa, bola, kipas listrik, AC, penyedot debu, penyemprot, dll Namun, karena udara tidak terlihat, sifat-sifatnya yang diterima begitu saja atau tidak secara sadar dianggap oleh anak-anak sebelum mereka diajarkan tentang udara di sekolah. Sifat udara sangat sulit untuk dipahami oleh anak-anak karena tidak berwarna, tidak berbau dan berasa. Walaupun anak-anak sudah familiar dengan kata "udara, udara yang diam memiliki realita kecil untuk mereka.
Keyakinan naif anak-anak tentang udara dipelajari oleh Piaget (1972) dan dijelaskan dalam bukunya The Conception Anak dari hubungan sebab dan akibat Fisik. Sejak pekerjaan Piaget, studi penelitian telah banyak dilakukan pada konsepsi anak-anak tentang sifat fisik udara, seperti apakah atau tidak ada udara, menempati ruang, memiliki berat atau tekanan diberikannya. Borghi, Ambrosis, Massara, Grossi, dan Zoppi (1988) menunjukkan bahwa pengetahuan anak-anak tentang airis kebanyakan pra-kausal, yang berarti bahwa artikel anak untuk deskriptif, elemen finalistic, atau dinamis (misalnya, udara langit, udara adalah angin, atau udara yang terlibat dengan pernapasan). Sere (1986) melaporkan ide-ide berikut bahwa anak-anak memiliki: (a) mereka dapat menghasilkan udara dengan mengepakkan, (b) maka perlu untuk memegang sebuah botol terbuka dalam aliran udara untuk mengisinya dengan udara, dan (c) mereka tidak bisa mengangkut udara (tidak percaya bahwa mereka dapat membawa udara dari satu tempat ke tempat lain). Anak-anak merujuk pada fakta bahwa udara panas naik, tetapi tidak pernah menyebut tenggelamnya udara dingin. Banyak anak yang berpikir bahwa perubahan udara terbentuk ketika dipanaskan, yaitu dengan peningkatan suhu, udara menjadigas. Sere (1982) mengindikasikan bahwa sebagian besar anak-anak hanya tahu bahwa udara bergerak dan kebanyakan dari mereka mengakui udara yang mendorong "" dan mengerahkan tenaga, tapi hanya jika dipanaskan atau selama gerakan, arah gerakan ini. Dia menyimpulkan bahwa penafsiran ini adalah hasil dari menggunakan pengalaman sehari-hari seperti hembusan angin. Pemahaman yang terbentuk hanya dari pengalaman angin membuat konsep tekanan udara sulit untuk dipahami dalam percobaan dengan pengurangan tekanan dalam wadah tertutup. Anak-anak di ruang kerjanya menggunakan kata "kekuatan hisap" atau "kekuatan menarik" untuk menafsirkan percobaan. Mereka mengalami kesulitan dalam membayangkan tekanan atmosfer tanpa gerakan sehingga mereka dikaitkan keadaan ekuilibrium tidak adanya gaya. Tytler (1998) menekankan kesulitan memahami tekanan atmosfir menggunakan presuposisi yang berbasis di fitur persepsi. Hsiao-Ching (2002) menemukan bahwa tiga perempat dari 9 siswa kelas percaya bahwa udara tidak dapat dikompresi. Dalam sebuah penelitian lintas usia, Brook dan Driver (seperti dikutip dalam Driver, 1994) menemukan bahwa penjelasan tentang konsep vakum, yang 'menyebalkan' atau 'menarik' dalam hal perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar perangkat , digunakan secara progresif selama tahun kedua.
Menurut Sere (1982), untuk menafsirkan percobaan mengenai sifat fisik udara, anak-anak umumnya menggunakan kerangka kerja yang berkaitan gaya, gerakan, dan keseimbangan dan dimensi mekanis. Dia menyarankan bahwa untuk memahami dan menafsirkan percobaan sederhana bahkan di udara, anak-anak harus menggunakan dimensi fisik dasar seperti jumlah, volume, massa, tekanan dan suhu, untuk menggambarkan udara. Dia juga mencatat bahwa anak-anak mengenali tekanan udara dengan gerakannya. Oleh karena itu, gerakan yang dapat diamati Perlu dibentuk untuk meyakinkan anak bahwa tekanan udara ada bahkan ketika stasioner.
Siswa datang ke sekolah dengan ide-ide tentang alam yang mungkin atau mungkin tidak benar. Pengetahuan awal individu mungkin benar, sebagian benar, atau salah dengan miskonsepsi. Banyak peneliti menyatakan bahwa kesalahpahaman memainkan peran penting dalam belajar dengan mengganggu pemahaman ilmiah (Hewson, 1992; Trundle, 1999). Diperkirakan bahwa individu dengan kesalahpahaman mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep baru karena efek negatif atau memblokir pengetahuan tidak benar mereka. Ini mungkin sangat sulit bagi anak untuk memahami konsep-konsep ilmiah yang sulit untuk memvisualisasikan (Callison & Wright, 1993).
Kerangka teoritis untuk studi ini didasarkan pada teori konstruktivis Piaget dan Vygotsky. Teori-teori ini, dalam menjelaskan bagaimana konsep-konsep yang dikembangkan, juga mengusulkan cara-cara di mana konsep mungkin diubah. Menurut Piaget (1970), seorang individu membangun pengetahuan dengan menggunakan ide-ide dan teori-teori saat ini ketika berinteraksi dengan lingkungan fisik. Interaksi antara individu dan material akan membantu peserta didik dalam membangun dan belajar berbagai konsep tentang fenomena alam. Dalam pembentukan konsep, Piaget menjelaskan dua proses yang saling berhubungan: organisasi, dan adaptasi (Piaget, 1970). Orang mengatur ide-ide mereka untuk membuat hubungan logis antara mereka. Piaget mendefinisikan istilah adaptasi dengan menggunakan dua istilah lain: asimilasi dan akomodasi (Piaget, 1970). Dalam proses "asimilasi," seseorang harus bertindak pada objek atau bahan di lingkungan. Karena tindakan ini, individu menggabungkan konsep baru ke yang sudah ada. Jika cara berpikir yang baru tidak sesuai cara berpikir yang sekarang, individu mengalami keadaan "disekuilibrium Orang mungkin mengalami ketidakseimbangan ketika hal tak terduga terjadi dalam hidup. Pada saat itu, dua hal bisa terjadi: orang lain dapat membantu kita untuk mengklarifikasi konflik tersebut dengan memberikan informasi lebih lanjut, atau kita akan bertindak lebih lanjut tentang bahan yang sama untuk mengatasi situasi tak terduga diri kita sendiri. Piaget menyebutnya "akomodasi;" yaitu, penyesuaian ide-ide yang ada untuk pengalaman baru. Setelah akomodasi, seorang individu diperkirakan akan mencapai keadaan "keseimbangan," adalah bahwa tahap akhir dari penyesuaian konsep (Piaget, 1970).
Seperti Piaget, Vygotsky (1978) berpendapat bahwa anak-anak mulai membentuk konsep lama sebelum mereka bersekolah. Melalui bermain, sebagian besar anak-anak pertama kali mulai menyusun, mengklasifikasi, dan menghitung sebelum prasekolah atau pra-TK, membentuk ilmu awal dan konsep matematika. Salah satu konstruksi yang paling penting dalam teori Vygotsky adalah Zona Pengembangan proksimal. Dia mendefinisikan konsep ini sebagai jarak antara tugas yang paling sulit anak bisa melakukannya sendiri dan tugas yang paling sulit anak dapat melakukan dengan bantuan orang lain. Vygotsky menggunakan "perancah" untuk menggambarkan bantuan seorang guru atau rekan memberikan kepada seorang anak (Vygotsky, 1978). Seperti halnya perancah yang digunakan oleh tukang cat yang bekerja pada sebuah rumah, guru atau rekan-rekan dapat membantu anak untuk belajar konsep-konsep baru dan membentuk pemahaman dengan memberikan informasi pendukung. Tapi, jika bantuan yang tidak sesuai dengan tingkat mental yang sebenarnya pada anak tersebut, pembelajaran tidak terlaksana.
Berbagai kajian telah mencatat bahwa metode tradisional yang melibatkan kuliah utamanya tidak berhasil dalam mengubah miskonsepsi (Marinopoulos & Stavridou, 2002; Weaver, 1998). Menggunakan kegiatan langsung untuk perubahan konseptual dalam ilmu pengetahuan telah menjadi sangat populer dalam empat dekade terakhir. Untuk mengklarifikasi pemahaman konseptual siswa, peneliti telah mengeksplorasi efek dari kegiatan langsung dan percobaan sains untuk kelompok usia yang berbeda, termasuk siswa sekolah dasar (Baser & Cataoglu, 2005; Dalton & Maroko, 1997; Marinopoulos & Stavridou, 2002; Pyle & Akins-Moffatt, 1999; Thomson & Logue, 2006; Weaver, 1998), siswa sekolah menengah (Alexopoulou & Driver, 1996; Ertepinar & Geban, 1996), dan siswa SMA (Ben-Zvi-Assarf & Orion, 2005; Nakiboglu & Tekin, 2006). Costa (2003) melaporkan bahwa kegiatan langsung adalah cara paling efektif untuk memperoleh pengetahuan ilmiah bagi kebanyakan anak dan remaja. Dalam lintas usia studinya, Weaver (1998) meneliti keberhasilan kegiatan langsung dan percobaan dengan siswa kelas empat, delapan dan sepuluh, melaporkan bahwa siswa berpendapat bahwa kegiatan langsung yang sangat berharga. Namun, Weaver juga menyimpulkan bahwa hanya menyajikan kegiatan langsung atau demonstrasi tidak cukup untuk perubahan konseptual. Dia menyatakan bahwa kegiatan langsung dan demonstrasi bisa mempromosikan perubahan konseptual bila dikombinasikan dengan diskusi dan refleksi.
Manfaat dari materi yang sederhana dan acara discrepant dalam pemahaman siswa yang penuh tantangan 'cocok dengan ide-ide Piaget dari equilibrium (Piaget, 1964/1993). Keakraban, yang dapat mempromosikan asimilasi, ditambah dengan keanehan, mempromosikan disekuilibrium, bisa menjadi kombinasi yang kuat. Brandwein (1968) menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan sederhana dalam percobaan meningkatkan pengenalan anak-anak tentang konsep-konsep yang terlibat. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa siswa menemukan topik ilmu yang lebih menarik ketika mereka relevan dengan kehidupan sehari-hari atau pengalaman (Weaver, 1998). Selain itu, kegiatan langsung peserta didik membuat siswa lebih aktif di dalam kelas sains (Cetin, 2003).
Tujuan dari penelitian ini ada dua: (a) untuk mengeksplorasi pemahaman konseptual siswa sekolah menengah 'tentang sifat fisik udara dan efek praktis dari udara dan tekanannya dan (b) untuk mengetahui pengaruh demonstrasi acara discrepant dan tangan-kegiatan pada pemahaman tersebut. Aplikasi praktis dari tekanan udara dan udara untuk dipelajari meliputi: Prinsip Bernoulli dan penerapannya pada penyemprot dan pesawat terbang, hubungan antara ketinggian dan tekanan atmosfer, efek dari tekanan atmosfer pada titik didih cairan, hampa udara dan tekanan dalam luar ruang dan pengaruhnya terhadap perjalanan ruang angkasa. Penelitian ini melibatkan dua studi terpisah, perbandingan antara siswa sekolah swasta dan umum pada pemahaman konsep udara dan analisis pra-pasca pemahaman konsep sifat individual udara di kalangan siswa sekolah swasta.

sumber terjemahan dari Introduction Journal of Turkish Science Education, "Middle School Students' Conceptions on Physical Properties of Air"